Powered by Blogger.

Sepotong Tiramisu untuk Cinta

by - Sunday, July 05, 2020



Nusa Indah, 30 Juni 2020.

Hai Cinta, kamu lagi ngapain di sana? Kamu udah bahagia kan? Udah gak ngerasain sakit lagi. Kamu udah ketemu sama Nara dan Nila? Mereka pasti senang sekali bisa berkumpul. Sambil meneguk kopi dingin dan kue tiramisu terenak yang biasa kita nikmati bersama sambil menatap matahari tenggelam. Cinta, aku pengen cerita lagi nih, tapi mama sudah memanggilku untuk segera sholat zuhur berjamaah.

Mama tahu aku belum terbiasa, masih ada rinduku yang tertinggal di dalamnya. Maka, selepas sholat buru-buru kucium tangan mama dan bergegas pergi, ingin melanjutkan obrolanku dengannya. “Cinta, kue tiramisu favorit kita, ingatkah saat pertamaku membuatnya?” Di hari itu, saat hujan rintik di Sabtu malam, aku bertekad menciptakan tiramisuku sendiri. Berbekal semangat membara dari resep-resep yang telah lahap kubaca ditambah tutorial video yang tidak hanya satu, tapi lebih dari tiga, dan kesemua memiliki judul yang sama, ‘Resep Tiramisu, Mudah, Simpel dan Enak’. Bahan-bahan pun telah kusiapkan dan kuhitung cermat, celemek baru kuambil dari laci dan kupasang dengan hati yang berkata, “Ah, ini sih mudah!” Tapi akhirnya apa yang terjadi dengan tiramisu perdanaku? “Engkau mengingatnya kan Cinta?”

Dia yang disebut Cinta hanya tertawa getir. Sakit itu masih timbul dan tenggelam. Dia hanya bisa terdiam di teras dan memandangi nusa indah yang setia berbunga. Dia masih terdampar di teras tua itu, sendiri. Sesekali memandangi langit yang semakin kelam. Oh, apakah yang harus aku lakukan? Oh, apakah yang harus aku katakan?

Tak terasa rintik hujan mulai turun dari langit, yang mulai membasahi teras tua itu. Sebenarnya aku masih ingin bersamanya, mengenang masa-masa indah yang pernah kita lalui bersama. Aku pun ingin mengajaknya masuk agar ia tidak kehujanan, namun rasanya sangat mustahil. Sedari tadi aku ajak mengobrol, ia hanya diam membisu tanpa kata. Bahkan aku tak yakin ia mendengarkan ceritaku. “Cinta, waktu ashar segera tiba. Pasti mama akan segera datang memanggilku lagi untuk sholat berjamaah. Apakah kamu akan tetap menungguku?”

Baru aku berpikir begitu, terdengar suara mama dari dalam, bersahutan dengan suara hujan, membuyarkan seluruh lamunan. Kusahut sekenanya, “Iya, maaa.” Lalu kudatangi arah suara mama. Mama duduk di kursi makan dengan senyum melebar, menunjukkan sesuatu di meja makan. “Ini tiramisu kesukaanmu, makanlah, kau terlihat pucat, mungkin saja perutmu sudah sangat lapar.”

“Terimakasih ma,” aku duduk di samping mama dan mengambil piring bergambar bunga mawar kesukaanku lalu memotong tiramisu itu dengan pisau yang sudah tersedia di sampingnya. Ketika kupotong perlahan, aku tersentak dan mundur ke belakang.

‘Apakah ini semua hanya imajinasiku? Apa benar yang kulihat dengan kedua mataku?’

Sesuatu yang merah mengalir dari potongan tiramisu itu.

“Nak, kamu kenapa? Kok tidak dimakan malah ketakutan seperti itu?”

Cinta tetap diam… memandang kosong dari teras. Ingin sekali ia masuk ke dalam, namun nusa indah ini menahannya. Dia terjebak di sini bersama sang nusa indah. Sebuah kesalahan masa lalu yang sangat ia sesali. Kini ia harus membayar mahal, membiarkan orang terkasihnya terluka. Seperti kilat waktu, aku kembali berada di waktu yang sama bersama mama. “Aku…aku…tidak apa-apa ma,” sambil perlahan memasukkan potongan tiramisu itu ke mulutku.

Mama menatap dengan pandangan tidak percaya. Lamat-lamat, dilihatnya sekilas bayangan Cinta di teras depan, berdiri mematung di sebelah nusa indah yang berbunga dengan rimbunnya. Seseorang yang teramat dikasihi anak tercintanya, sekaligus sosok yang telah membawa anak satu-satunya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Masih teriris rasanya, mengingat hari terakhir ia melihat buah hati kesayangannya, yang lalu berpulang jauh dari pangkuannya. Namun, dilihatnya Cinta mendekat seraya tersedu, tertahan-tahan merengkuhnya, “Tante, maafkan Cinta, memaksa Rama untuk segera menjemput Cinta, dan akhirnya…,” kulihat Cinta tercekat, lidahnya kelu. Mama jatuh berlutut, tidak kuasa menahan pilunya hati seorang ibu yang membayangkan aku menjemput ajal di usia muda akibat tersambar orang tak dikenal yang menyetir dalam kondisi mabuk. Aku, yang hanya mampu bertahan beberapa menit akibat pendarahan dalam hebat yang kualami, dengan bunga nusa indah di genggaman dan sepotong tiramisu yang telah hancur luluh di samping jasadku yang membeku.  

#RBMChallenge
#CerpenKeroyokan
#NusaIndah

Dibuat dengan sepenuh cinta oleh kelompok 3 - Nusa Indah (Greenish White)
1. Dian annuriah rahmawati
2. Dita Ade Susanti
3. Andriati 
4. Nazilatul Qodariyah 
5. Asri Rahayu 
6. Intan Farida Yasmin 
7. Wahyu Purwaningsih
8. Ailyxandria Praditya 

You May Also Like

0 comments