Powered by Blogger.

ANAK SEKECIL ITU…

by - Monday, November 17, 2008

Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal

Lirik lagu Iwan Fals, Sore Tugu Pancoran terngiang-ngiang di kepalaku kala melihat sesosok tubuh mungil di perempatan lampu merah pengairan.

Bocah laki-laki itu perawakannya tidak begitu gemuk namun juga tidak terlalu kurus. Bajunya lusuh.

Kami melihatnya saat di perempatan lampu merah pengairan. Saat kami tiba di sana, bocah laki-laki itu sedang asyik membaca buku yang juga sudah lusuh. Saat lampu merah, abangku langsung bertanya padanya ”ada pe-er ya?”, bocah itu mendongak melihat sumber suara, sambil tersipu malu, dia menggeleng. Lalu ku berkata padanya ”oo, lagi belajar aja ya?”. Sang bocah kembali tersipu. Dia pun segera membereskan buku yang sedang dipegangnya dan segera meletakkan dalam tas yang terbuka disampingnya, tas yang juga lusuh. Dalam tas itu ada beberapa buku lusuh lainnya. Sang bocah yang melihat lampu lalu lintas sedang merah segera beranjak mendekati mobil-mobil yang sedang berhenti dan dia pun bernyanyi-nyanyi sambil bertepuk tangan. Oooh ternyata bocah itu adalah pengamen. Saya pun sempat melirik bukunya. Ternyata buku pelajaran Matematika, Tingkat 3, semester 5 & 6. Hm..ternyata bocah itu masih kelas 3 SD.

Salut dengan semangatnya. Dalam keadaan bagaimanapun, mungkin dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun semangatnya untuk bersekolah tetap tinggi. Bandingkan dengan anak-anak dari orang yang mampu secara finansial. Dengan segala kemudahan yang mereka miliki, mereka justru menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bersekolah. Sering bolos sekolah, belajar tidak semangat, asyik senang-senang. Suatu keadaan yang ironis...

Masih ingatkah anda pada salah satu pasal dari UUD 1945?

Pasal 34 ayat 2 “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”

Sekarang mari kita lihat keadaan yang terjadi saat ini dinegara kita?

Boro-boro negara alias pemerintah mau memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar, memikirkannya pun mungkin tak pernah terlintas di pikiran mereka?semua sibuk memikirkan bagaimana memikirkan diri sendiri dan memperkaya diri sendiri. Bahkan mereka justru memproduksi fakir miskin dan anak-anak terlantar dengan kebijakan-kebijakan yang di ambil.

Sayang sekali potensi besar yang terpendam yang mungkin dimiliki banyak anak jalanan tidak bisa termanage dengan baik. Mari kita berandai-andai. Andai saja pemerintah memiliki concern yang tinggi terhadap perkembangan anak-anak jalanan, bukan tidak mungkin negara ini akan jauh lebih baik. Anak-anak usia sekolah tidak berkeliaran dijalanan, mengamen, meminta-minta, mencopet, tawuran. Mereka semua sibuk bersekolah, menuntut ilmu, dibekali pengetahuan dan keterampilan. Waah negara ini pasti akan lebih cepat untuk menjadi maju.

Tapi sebenarnya, kesalahan tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada pemerintah, kita sebagai warga negara juga bisa turut membantu pemerintah untuk menangani masalah anak jalanan ini. Bagaimanapun kita harus bahu membahu dalam menyelesaikan masalah.

Kalau setiap orang tidak sibuk memikirkan diri sendiri dan memberikan perhatian kepada orang lain maka akan banyak permasalahan negara ini yang mungkin bisa terselesaikan.

Bahkan dalam Islam pun ada perintah demikian, ”Cintailah orang lain seperti kita mencintai diri kita sendiri”. Jika ada orang lain merasakan penderitaan, kita seharusnya juga dapat merasakan penderitaan mereka dan turut membantu semaksimal yang bisa kita lakukan.

Mari bergerak, mulai dari diri kita sendiri, mulai dari yang kecil, mulai sekarang juga!

 

 

wp@17112008

 

 

 

 

You May Also Like

0 comments