Powered by Blogger.

Gadis Jeruk

by - Monday, March 03, 2008

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Other
Author:Jostein Gaarder
REVIEW NOVEL GADIS JERUK

Novel Gadis Jeruk adalah sebuah dongeng tentang kehidupan. Novel ini di tulis oleh Jostein Gaarder, penulis novel best seller Dunia Sophie (Sophie’s Verden). Jostein Gaarder selain sebagai penulis juga merupakan dosen filsafat di Swedia.
Kali ini merupakan kali kedua saya menamatkan novel ini. Setting novel ini di Norwegia. Buku ini bercerita tentang Georg Roed, berusia 15 tahun yang baru mendapatkan sebuah surat yang ditinggalkan ayahnya, Jan Olav, yang telah meninggal 11 tahun yang lalu. Di surat itu, ayahnya bercerita tentang kisah cintanya dengan seorang gadis misterius, si Gadis Jeruk. Jan Olav melacak keberadaan si Gadis Jeruk sampai ke perkebunan jeruk di Sevilla, Spanyol. Setelah berhasil menemukan si Gadis Jeruk, Jan Olav menanyakan alasan si Gadis Jeruk membeli berkilo-kilo jeruk dan si Gadis Jeruk menjawab bahwa dia membeli jeruk-jeruk itu untuk di lukis. Dan itu membuat Jan Olav bertanya “tapi tidak bisakah kamu hanya membeli 1 jeruk dan melukisnya berkali-kali?”. Dan si gadis Jeruk menjawab “Tidak ada 2 jeruk yang sama Jan Olav. Bahkan 2 helai rumputpun tidak ada yang sama. Itu alasan kenapa kamu berada di sini sekarang. Kamu tidak datang jauh-jauh ke Sevilla karena ingin bertemu ‘seorang perempuan’. Kalau iya berarti kamu telah menghadapi kerepotan yang tidak perlu karena seluruh Eropa penuh dengan perempuan. Kamu datang untuk menemuiku. Dan hanya ada satu aku. Aku tidak mengirimkan kartu dari Sevilla untuk ‘seorang laki-laki Oslo’. Aku mengirimkannya kepadamu”.
Dalam surat itu, sang Ayah, Jan Olav juga mengajukan sebuah pertanyaan penting tentang dongeng kehidupan kepada Georg untuk dijawabnya.
“Bayangkan kamu berada di awal dongeng kehidupan ini, suatu waktu miliaran tahun yang lalu ketika segalanya diciptakan. Dan kamu boleh memilih apakah kamu ingin dilahirkan untuk hidup di suatu tempat di planet ini. Kamu tidak tahu kapan kamu akan dilahirkan, tidak juga berapa lama kamu akan hidup, tapi itu takkan lebih dari beberapa tahun. Yang kamu ketahui hanyalah bahwa, jika kamu memilih untuk hadir pada tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya lagi suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya. Ini mungkin akan menimbulkan duka yang dalam pada dirimu karena banyak orang berpikir bahwa kehidupan di dalam dongengan besar ini begitu indah sehingga sekadar memikirkan bahwa ini akan berakhir saja pun bisa membuat mereka mengucurkan air mata. Segalanya begitu menyenangkan disini sehingga sangat pedih untuk membayangkan bahwa pada suatu ketika hari-hari tiada akan ada lagi. “
“Apa yang akan kamu pilih Georg, jika ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi memberimu pilihan?Barangkali kita bisa membayangkan semacam peri kosmik dalam dongeng besar yang aneh ini. Akankah kamu memilih untuk tinggal di bumi pada suatu tempat tertentu, entah untuk waktu yang singkat atau panjang, dalam seratus ribu atau seratus juta tahun?Atau akankah kamu menolak untuk ikut dalam permainan ini karena kamu tak menyukai peraturannya?”
“Aku telah mengajukan pertanyaan yang sama beberapa kali selama pecan-pekan lalu. Akankah aku memilih untuk hidup di bumi setelah mengetahui dengan pasti bahwa aku akan tiba-tiba dicabut dari sana, dan barangkali di tengah-tengah kebahagiaan yang memabukkan?Atau akankah aku, bahkan pada tahap yang paling awal, dengan hormat menolak untuk ikut dalam permainan ini?Kita datang ke dunia ini hanya sekali. Kita masuk ke dalam dongeng besar ini hanya untuk melihat ceritanya berakhir!”
“Aku bertanya lagi : apa yang akan kamu pilih seandainya kamu punya kesempatan untuk memilih?akankah kamu memilih hidup yang singkat di bumi kemudian di cerabut lagi dari semua itu, tak pernah kembali lagi?atau apakah kamu akan berkata tidak, terima kasih?”. Kamu hanya punya dua pilihan ini. Itulah aturannya. Dengan memilih hidup, kamu juga memilih mati”.
“Georg!Aku punya satu pertanyaan terakhir : bisakah aku memastikan bahwa tidak ada kehidupan setelah kehidupan ini?Bisakah aku benar-benar yakin bahwa aku tidak akan berada di tempat lain ketika kamu membaca surat ini?Tidak, aku tidak bisa benar-benar mengesampingkan kemungkinan itu. Karena dunia ini ada, maka batas-batas kemungkinan telah dilampaui. Kamu tahu apa yang kumaksud?Aku sudah begitu penuh dengan ketakjuban bahwa dunia ini ada sehingga aku tidak punya ruang untuk ketakjuban lain seandainya ternyata ada dunia lain setelah dunia ini. Aku teringat bagaimana, beberapa hari yang lalu, kita melewatkan beberapa jam untuk bermain game computer. Barangkali game itu lebih mengasyikkan aku daripada kamu; aku sangat membutuhkan sedikit jeda dari seluruh beban pikiranku. Tapi, setiap kali kita ”mati” dalam game itu, segera muncul tampilan baru, dan kita mulai lagi. Bagaimana kita bisa tahu bahwa tidak ada “tampilan baru” untuk jiwa kita juga?Kurasa tidak ada, aku sungguh yakin itu. Akan tetapi impian tentang sesuatu yang tak mungin, memiliki nama sendiri. Kita menyebutnya harapan.”
Apa lagi isi surat Jan Olav untuk Georg?apa jawaban Georg atas pertanyaan tentang kehidupan yang di ajukan ayahnya tersebut dalam suratnya?bisa di temukan di novel ini. Novel yang mengajak anda untuk merenung tentang kehidupan yang tengah anda jalani.
Bagaimana jika pertanyaan itu di ajukan kepada anda, apa yang akan anda jawab atas pertanyaan Jan Olav itu?


wp@03032008

You May Also Like

3 comments

  1. ckckck....buku bacaan wahyu asik2 nich....

    ReplyDelete
  2. Masa gitu ya mba?iya neeh, lagi suka buku-buku filsafat dan yang mengajak otak kita untuk berfikir. Sayang khan punya otak yang bisa bekerja maksimal namun kita hanya mampu memanfaatkannya hanya sepersekian persen dari kapasitasnya.
    Jadi, buku Gadis Jeruk ini bakal jadi list buku mba yang mesti dibeli lagi?he3x.
    Mba dah pernah baca Dunia Sophie?buku itu bagus. Filsafat yang diceritakan dalam bentuk novel. Jadi gak terlalu berat, bisa dicerna dengan mudah.

    ReplyDelete
  3. beluuum....hiks hiks....parah ah sayah.....

    *tertohok komennya wahyu....maluwww karena kurang baca*

    ReplyDelete