Powered by Blogger.

The Gate of Heaven

by - Wednesday, April 02, 2008

Senja itu, menanti terbenamnya mentari di ufuk barat. Duduk di tepian sungai atau kali lebih tepatnya yang sama sekali tidak bisa dikatakan bersih apalagi indah. Memperhatikan hilir-mudiknya manusia yang padat sore itu. Bersama abang sambil menikmati sebatang coklat dan segelas air mineral. Kala mata menerawang ke angkasa, betapa indahnya. Abang berkata: “kupikir yang indah cuma whyu aza ternyata ada yang lain yang juga indah” sambil menunjuk ke angkasa. Aku mengikuti arah yang abang tunjukkan. Ternyata ada sang pelangi menampakkan jejaknya, sedikit semburat warnanya merah, kuning, hijau katanya. Sedikit demi sedikit, lama kelamaan sang pelangi tak sungkan lagi menunjukkan keangkuhan indahnya. Sepanjang hidupku selama 26 tahun belum pernah sekalipun diriku melihat sang pelangi dengan begitu sempurnanya membentuk setengah lingkaran di cakrawala, dengan warnanya yang sangat jelas, bahkan dengan tambahan warna lain selain yang biasa terlihat mata(merah-kuning-hijau), namun juga warna merah marun tepat di tengahnya, dengan sepasang kaki sang pelangi menapak bumi. Bagaikan berada “in the gate of heaven”. Indah begitu indah. Tak lepas mata ini menatap keindahan yang mungkin tak bisa lama dinikmati dan tidak bisa setiap waktu di nikmati. Beruntung sekali saya dan abang menjadi saksi atas keindahan alam itu kali ini. Semakin jelas dan semakin jelas warna dan indahnya menghiasi birunya cakrawala. Namun setelah itu, tak berapa lama, sang pelangi mulai ijin pergi. Warnanya kian memudar. Bagaikan senyum yang kemudian menghilang menjadi kelabu. Sedih melihat sang pelangi segera beranjak. Bahkan diapun seakan segan untuk pergi. Namun setiap yang memiliki awal pasti memiliki akhir. Begitupun dengan keindahan pelangi. Diapun akan pergi seiring tenggelamnya matahari. Pelangi menampakkan sedikit dari keindahan alam ini, ada begitu banyak keindahan lainnya. Pelangi dunia begitu memukaunya. Bagaimana dengan surga yang keindahannya tak pernah terbersit dalam pikiran manusia?
Pelangi. Diantara begitu sesaknya dunia ini, diantara begitu bejatnya manusia ini, diantara rusaknya semua yang ada disini, pelangi seakan menjadi oksigen bagi orang yang sesak nafas, begitu melegakan, begitu menenangkan, begitu menyejukkan. Sebuah tontonan alam yang tak terkalahkan. Kupikir tidak ada yang bagus dari dunia ini, ternyata dunia ini masih menyisakan keindahan. Pelangi oh pelangi, akhirnya ia pergi bersama mentari, entah kapan bisa kulihat lagi.            


wp@02042008

You May Also Like

4 comments

  1. liat pelanginya sambil koor sama abang ga wahyu? pelangi pelangi alangkah indahmu....;-)

    *sangabangmelihatpelangibukankeatastapimenolehkeseseorangdisebelahnya* :))

    ReplyDelete
  2. Hi..hi..Iya mba so sweet. Wong pipi saya aza waktu itu mungkin gak kalah merona sama sang pelangi (^_*)

    ReplyDelete
  3. Hi..hi..mba Endang bisa aza. Gak pake koor seeh mba. Tapi whyu juga gak perhatiin, abang itu ngeliat ke atas ke pelangi or ngeliatin whyu ya? Karena whyu sibuk ngeliatin pelanginya. Aduh mba Endang ini, bikin whyu ge-er aza, he..he..

    ReplyDelete