Powered by Blogger.

Journal of Tambora Expedition, Wednesday May 30th – Sunday June 3rd 2007

by - Monday, December 17, 2007


Team :
1. Yuli, Dompu, Wanita 19 thn (Guide, Putri Om Bek, Kuncen Tambora)
2. Wahyu Purwaningsih, Bekasi, Wanita 26 thn
3. Didi Zulkarnaen, Dompu, Pria 23 thn
4. Bang Dedi, Dompu, Pria 28 thn (Wartawan koran lokal Dompu “Ekspresi Rakyat”)
5. Rila, Dompu, Wanita 26 thn (Wartawan koran lokal Dompu “Ekspresi Rakyat”)

Gunung Tambora berada di Kabupaten Dompu, Pulau Sumbawa, NTB. Untuk mencapainya dari Dompu naek bis jurusan Calabai sampai di desa Pancasila, start awal Pendakian Tambora

All time in WITA (Waktu Indonesia bagian Tengah)

“Tak ada gubuk derita meski makan sepiring berdua dan menari-nari bagai boneka dari india…” (Nyanyi dangdutan sepanjang pendakian, theme song Tambora neeh J)


Wednesday, May 30th 2007

Wahyu & Didi naek bis, sementara Bang Dedi & Rila naek Motor ke Calabainya

07.00  Packing dirumah Didi di Dompu

10.30  Berangkat ke terminal Dompu

11.00  Sampe Terminal Dompu dan ternyata bis yang ke Calabai baru saja berangkat sekitar ½ jam yang lalu dan baru ada bis lagi ke Calabai jam 14.00 WITA!Wow!!Harus nunggu selama 3 jam di terminal!Ya udah ngobrol2 aza ma Didi sambil bercanda2. Sempet ngobrol juga ma orang pariwisata dari mataram, kayaknya beliaunya kerja di semacam travel agent gitu dech. Beliaunya mo kembali ke mataram

12.00  Shalat

13.30  Dari pas sampe terminal dah ngeliat tukang bakso en pengen banget. Akhirnya gak tahan dan belilah whyu bakso itu, akhirnya kesampean juga dech maem baksoJ. Trus gak lama pas makan bakso itu datenglah bisnya, wuih jadi buru-buru makan baksonya. Tapi yang jelas keinginan makan bakso dah kesampean…

14.20  Bisnya baru meluncur dari terminal Dompu. Bis ke Calabai @ Rp. 30.000,-. Jalan menuju Calabai itu tidak begitu bagus, banyak yang sudah rusak. Ada juga jalan yang menurun curam, berbatu dimana di sekitarnya jurang. Butuh keahlian khusus untuk bisa mengendarai bis di jalur jalan yang seperti itu. Namun ada juga jalur pedesaan, desa nelayan, dengan pemandangan pantai. Transportasi dari dan ke sanapun hanya 2 kali dalam sehari.

16.00  Sampe di peristirahatan bis di desa Ho’o. Sempet kenal Yopi, dia penumpang bis yang sama. Dia warga asli Calabai yang suka nganter2 klo ada orang yang mo naek Tambora. Kita berhenti di Ho’o sekitar 15-20’. Pemandangan sepanjang perjalanan banyakan Sabana dan Laut. Banyak kelompok-kelompok tani ternak. Ternak yang banyak diternakkan : sapi, kambing, kerbau, kuda.

18.30  Sampai di Calabai, di desa Kedindi, ditempat Egi, responden tabloid Ekspresi Rakyat, tempat Bang Dedi & Rila kerja. Kita stay di sana malam ini.

21.30  Sleep…

 

Thursday, May 31st 2007

05.30  Bangun, Shalat Subuh. Udara di desa ini tidak begitu dingin

07.30  Berangkat dari rumah Egi ke desa Pancasila naek ojek @ Rp. 10.000,-

08.00  Sampai di rumah Om Bek. Om Bek ini merupakan kuncen gunung Tambora. Kita  ngobrol sebentar dengan Om Bek.

08.30  Start Ekspedisi Tambora with complete team : Wahyu, Didi, Bang Dedi, Rila + Yuli. Yuli adalah anaknya Om Bek yang berperan sebagai guide untuk mengantar kami.
Jalur pendakiannya dulu merupakan jalur logging tapi katanya sekarang ijin loggingnya dah dicabut. Di awal track banyak kebun kopi. Sepanjang jalur sampai Pos 2 juga banyak terdapat tanaman strawberry hutan yang dapat dimakan. Kita sempet metik dan makan buahnya, sempet foto2 juga. Strawberry yang berwarna merah tua rasanya manis banget. Trus di jalan sempet ketemu buah Sabaha. Bentuknya bulat kecil warna ungu, katanya seeh klo mateng warnanya merah. Rasanya mirip jambu batu. Yang bisa dimakan Cuma kulitnya aza.

13.00  Sampai di Pos 1. Kita istirahat sebentar untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Jadi kurang lebih waktu tempuh perjalanan dari desa Pancasila ke Pos 1 adalah sekitar 4,5 jam. Sepanjang jalan dari Pos 1 ke Pos 2 juga masih terdapat strawberry hutan. Jadi kita sebut saja jalurnya dengan Jalur Strawberry.

15.30  Sampai di Pos 2. Di dekat Pos 2 ada sungai, sumber mata air. Kita tidak berhenti di Pos 2 karena ada penduduk yang mo berburu yang sudah menempati Pos 2 tersebut lebih dahulu. Kita berhenti di sungai sebentar untuk ambil air. Airnya jernih, bening, dingin, sejuk dan segar. Waktu tempuh Pos 1-Pos 2 = 2,5 jam. Perjalanan menuju dan dari Pos 2 itu banyak pacetnya. Merupakan tantangan tersendiri tuch. Mungkin karena hutannya tertutup dan lembab yang menyebabkan menjadi tempat pacet, karena memang pacet suka tempat-tempat yang lembab. Kalo kita terkena pacet tidak akan terasa, namun saat kita sadar mungkin pacet itu sudah berkembang menjadi gendut karena sudah banyak menghisap darah kotor kita. Untuk menghindari dari pacet kita bisa pakai tembakau yang dicampur minyak. Dengan campuran itu pacetnya pasti akan menggelepar dengan suksesnya. Jangan panik menghadapi pacet. Oh ya pacet juga suka dengan warna yang terang, jadi kalo bisa usahakan memakai pakaian, kaos kaki yang berwarna gelap.

18.00  Sampai di Pos 3. Sepanjang perjalanan sampai Pos 3 juga masih banyak pacetnya. Jadi kita bisa menyebut jalur dari Pos 1-Pos 3 sebagai Jalur Pacet.  Waktu tempuh dari Pos 2-Pos 3 = 2,5 jam. Kita ngecamp di Pos 3 ini. Kita tidak sendiri disini. Ada penduduk juga yang hendak berburu. Setelah makan malam dan bercakap-cakap sebentar dengan penduduk itu akhirnya kita tidur. Didi tidur diluar tenda menggunakan sleeping bag. Kita tidur sekitar pukul 22.00. Rencananya besok pagi hari kita berangkat melanjutkan perjalanan sekitar pukul 04.00.

22.00 Sleep...


Friday, June 1st, 2007

03.30  Kita dah bangun. Kita mo jalan tapi koq ya masih gelap banget., belum sarapan juga, selain itu di Pos 4 tidak ada air, sumber air baru ada di Pos 5, itupun katanya airnya tidak jernih. Akhirnya kita memutuskan untuk sarapan dulu sebelum melanjutkan perjalanan.

05.30  Kita mulai jalan. Tenda dan barang2 kita termasuk carriel kita tinggal di camp. Kita Cuma bawa back pack berisi makanan dan minuman secukupnya. Keadaan jalan masih cukup gelap karena medan di tambora ini memang masih merupakan hutan yang tertutup. Bahkan guide kita si Yuli sempet bingung dengan jalurnya dan sempet bertanya ke penduduk yang tadi dan akhirnya kita ditunjukkan jalur yang benar oleh salah satu penduduk yang akan berburu tersebut. Jalur tambora memang tidak begitu jelas selain karena masih merupakan hutan tertutup, di tambora juga jarang ada pendakian. Jadi sebentar saja jalurnya pasti sudah dipenuhi belukar lagi. Didi saja yang beberapa tahun lalu pernah ke Tambora sudah agak lupa dengan jalurnya. Gak lama kita berjalan kita sempet kesasar juga. Hampir sekitar ½ jam kita kesasar tidak menemukan jalur yang benar. Akhirnya kita berbalik arah ke arah semula dan akhirnya kita menemukan jalur yang benar, mungkin karena sudah mulai terang juga jadi kita bisa melihat tanda jalur dengan lebih jelas.

07.30  Sampai di Pos 4. Jalur sepanjang Pos 3- Pos 5 merupakan Jalur Jelateng. Sepanjang perjalanan kita banyak melewati hutan jelateng. Pohon jelateng itu tumbuh di kiri-kanan track. Pohon Jelateng itu terdapat bulu-bulu atau duri si permukaan atas dan bawah daun dan juga di batangnya. Kalo kita tersentuh atau menyentuh pohon jelateng itu, badan kita akan gatal-gatal dan terasa panas. Tapi katanya efeknya tidak begitu lama, mungkin hanya sekitar 5 menit dan setelah itu rasa gatal dan rasa panasnya akan hilang dengan sendirinya, tidak perlu di obati atau disentuh apalagi digaruk. Karena katanya kalo digaruk justru akan memperparah dan memperluas medan rasa gatalnya. Saya sempat terkena jelateng tersebut beberapa kali di tangan, jari-jari tangan juga di kaki. Walaupun efeknya Cuma sebentar tapi rasa gatal dan panasnya itu lho gak nahan! Saya sempet mengobatinya dengan mengolesinya dengan minyak kayu putih. Waktu tempuh Pos 3 – Pos 4 = 2 jam dengan catatan sempat nyasar sekitar ½ jam. Jadi mungkin normalnya hanya sekitar 1, 5 jam. Kita tidak lama di Pos 4, Cuma istirahat sebentar dan sempet foto-foto juga. Ketinggian di Pos 4 = 1850 mdpl. Setelah cukup istirahat kita melanjutkan perjalanan.

08.30  Sampai di Pos 5. Di Pos 5 sumber airnya dari sungai kering, tapi kita gak sempet ambil air disana karena kita bawa minum dan dirasa masih cukup persediaannya untuk sampai puncak. Di Pos 5 ini kita tidak lama, hanya istirahat sebentar, kemudian kita segera melanjutkan perjalanan. Waktu tempuh dari Pos 4- Pos 5 = 1 jam

10.30 Sampai di cemara terakhir. Sepanjang perjalanan dari Pos 5 menuju puncak pemandangannya cukup bagus. Kita bisa liat puncak Tambora, pulau Satonda, puncak Rinjani & juga puncak Gunung Agung di Bali. Puncak Gunung Agung, Gunung Rinjani dan Gunung Tambora berada dalam satu gugusan garis lurus. What a wonderful scenery! Sempet ambil beberapa foto. Sedikit cerita tentang pulau Satonda. Katanya di pulau itu kita bisa menemukan sumber air tawar di deket pantai.
Keadaan cuaca cukup cerah, Cuma terdengar desingan angin gunung yang cukup kuat hampir seperti badai. Keadaan langit juga cukup bening dan berawan. Namun di cemara terakhir ini, Rila gak bisa melanjutkan perjalanan. Pahanya kram. So Rila & Bang Dedi stay di cemara terakhir. Kita bertiga : Whyu, Didi en Yuli berusaha melanjutkan perjalanan sampai puncak. Bang Dedi sempet nitip untuk ambil foto di puncak dengan spanduk dan koran Ekspresi Rakyat tempatnya kerja. Namun Didi mengultimatum : apapun yang terjadi nanti, kita semua harus turun jam 11.30!Yaa…sudahlah…

11.15  Sampai di papan nama Gunung Tambora. Disitu seeh ada tulisannya puncak Tambora. Dari sana kita juga bisa lihat kawah gunung Tambora. Amazing picture of nature! Didi aza yang sudah beberapa kali ke tambora belum pernah lihat kawahnya soalnya kata dia, setiap dia naek pasti sedang berkabut. Nah pas dia naek ma whyu, cuacanya tuch bagus banget, langit tuch bersih dan jernih. How lucky  we are. Kita bisa liat puncak en kawahnya dengan sangat jelas. Sempet ambil foto kawahnya dan berfoto-foto di depan papan nama Tambora itu dengan spanduk dan koran Ekpresi Rakyat. Juga foto sendiri-sendiri. Istirahat sebentar disana. Jalur cemara terakhir menuju papan nama juga sampai puncak merupakan jalur berpasir dan banyak terdapat tanaman edelweis. Ada banyak bebatuan juga disana bekas letusan. Katanya tanaman edelweis disetiap gunung tuch berbeda, punya karakteristik masing-masing.
Sedikit berbicara mengenai sejarah Gunung Tambora :
Dahulu puncak Tambora setinggi 4300 mdpl dan merupakan gunung tertinggi di Asia Tenggara. Kemudian meletus pada hari Senin, 11 April 1815 dan sekarang ketinggiannya hanya sekitar 2850 mdpl. Meletusnya gunung Tambora menghancurkan 13 kerajaan disekitarnya. Sekitar 5000 jiwa tewas. Dulu nama gunung itu bukan Tambora tapi Doro Naek artinya gunung besar, namun setelah terjadi letusan tersebut, gunung itu dinamakan Gunung Tambora. Tam = Manusia; Mbora = Hilang jadi Tambora artinya manusia yang hilang. Manusia yang hilang saat terjadinya letusan. Tanggal terjadinya letusan gunung Tambora dijadikan sebagai hari jadi kabupaten Dompu.

11.30  Karena sudah jam 11.30, persediaan air kita yang menipis, kita juga meninggalkan Rila & Bang Dedi dibawah di cemara terakhir, selain itu juga mengingat prediksi waktu turun ke camp dan juga kabut yang sudah beranjak naek, akhirnya kita memutuskan bahwa itulah akhir perjalanan kita, 1 jam menuju puncak. Kita gak bisa meneruskan jalan ke puncak, karena waktu tempuh dari papan nama itu sampai ke puncak masih sekitar 1 jam lagi. Sebenernya seeh sayang banget, we already that close, tapi ya gpplah. Mungkin whyu memang harus balik lagi ke Tambora. Yach walaupun kita gak bisa sampai puncak tapi kita bisa melihat indahnya pemandangan kawah dan bisa melihat puncak Tambora dengan jernih dan jelas. Akhirnya kita turun…

12.30  Sampai di cemara terakhir. Menjemput Rila dan Bang Dedi. Rila kelihatan dah lebih baik, karena sudah istirahat dan diberikan sedikit pengobatan. Saat turun gunung itulah, kesakitan mulai muncul. Kaki kiriku bermasalah di lututnya, sepertinya cidera sendi dan itu memperlambat jalanku. Akhirnya lututku di baluri counterpain dan diikat dengan slayer juga dibekali kayu dari didi untuk membantu jalanku.

13.30  Sampai di Pos 5, istirahat sebentar, makan roti dan kemudian jalan lagi.

14.30  Sampai di Pos 4, istirahat sebentar, whyu minum aspirin untuk mengurangi rasa sakit lututku untuk kemudian kita jalan lagi.

16.00 Sampai di Pos 3, di camp. Kita memutuskan untuk nge-camp lagi disana dan baru turun keesokan harinya. Kita ambil air, masak nasi, mie goreng, milo, ikan asin dan kita dibuatkan sambal khas Dompu sama Rila. Selesai masak kita makan-makan dech. Trus ngobrol-ngobrol sebentar. Disana sudah tidak ada pemburu lagi, jadi kita bersendirian disana.

20.00  Kita masuk tenda, kita semua berlima termasuk Didi, dia tidak tidur di luar lagi karena sudah tidak ada penduduk. Karena sesak, didalam tenda kita tidak merasakan dingin justru terasa hangat. Zzzz….zzzzz…..

 

Saturday, June 2nd 2007

05.30   Bangun, shalat dan sarapan. Selesai packing, kita sempet foto-foto dulu.

08.30  Kita mulai start turun

10.30  Sampe di Pos 2, disini sempet foto-foto juga

12.00  Sampe di Pos 1

17.00  Akhirnya kita sampai juga di desa Pancasila dirumah Om Bek. Sepertinya waktu naek ama waktu turun tidak jauh beda karena kondisi saat turun tidak se-fit saat naek. Whyu sudah cidera lutut kiri, Rila 2 pahanya kram dan bang Dedi kena serangan di kaki kanannya. Hanya Yuli dan Didi saja yang kondisi masih baek-baek saja. Sampai dirumah Om Bek kita disambut banyak orang, pemuda-pemudi di desa itu, sempet ketemu Yopi lagi, dia itu ternyata keponakannya Om Bek.  Mereka punya perkumpulan sendiri, perkumpulan warga pecinta alam. Mereka sering mengantar orang-orang yang akan naek ke Tambora. Oh ya pada hari kita turun, di Tambora juga baru ada acara. Mereka kedatangan Bupati Dompu. Ada acara naek sepeda menyusuri seputaran Tambora. Dirumah Om Bek sempet makan bakso juga, keinginan yang terpendam J. Di rumah Om Bek kita istirahat, shalat, makan dan ngobrol2. Om Bek banyak bercerita tentang sejarah Tambora dan pengalamannya mengantarkan banyak orang naek Tambora. Yang naek Tambora tidak hanya penduduk dalam negeri bahkan dari luar negeri juga ada. Beberapa waktu sebelumnya baru ada ekspedisi penelitian dari Metro TV untuk meneliti peninggalan kerajaan yang hilang di Gunung Tambora. Dari hasil ekspedisi itu banyak ditemukan bekas-bekas peradaban kerajaan zaman dahulu yang berada di sekitar Tambora. Hasil penemuan tersebut sudah sempat di presentasikan pada Bupati Dompu. Kita bermalam di rumah Om Bek. Rumah panggung yang sederhana namun dengan penghuni yang sangat ramah. Banyak terpampang foto-foto pendakian Tambora juga terdapat peta jalur pendakian Tambora di rumah itu. Rencananya baru besok kita kembali ke Dompu

20.00  Setelah lelah bercerita akhirnya kita beristirahat. Kakiku benar-benar parah, bahkan untuk shalatpun susah banget, begitupun untuk jalan. Mudah-mudahan setelah beristirahat, keadaannya akan lebih baik


Sunday, June 3rd, 2007

05.30  Bangun, shalat shubuh

07.30  Bis Ichtiar yang akan mengantar kita kembali ke peradaban kota di Dompu meluncur dari desa Pancasila. Kayaknya bis yang sama yang Whyu en Didi tumpangi waktu kita datang kesini. Sebelumnya kita sempet berfoto-foto dengan keluarga Om Bek. Kita semua juga ninggalin nama, alamat, no telp dan no hp kita disana untuk mendata pendaki yang kesana.

13.00  Sampai di rumah Didi di Dompu.

 

The end of Ekspedisi Tambora May 31st – June 2nd 2007.

Exciting Experience!


You May Also Like

1 comments

  1. mantabhhhh...
    kapan ya kita bareng2 ke tambora?? hhehe kangen dgn savana, dusun pancasila n kawah tambora.

    mas, boleh minta no kontak ombek??
    (ryo= 085694392047)

    saya dulu lupa minta kontak beliau (2013).
    trima kasih.

    ReplyDelete